Karena Baginya, Jabatan Bukan Peristirahatan

Umurnya sudah 74 tahun. Kekuasaannya setengah bumi. Kerajaannya terbesar. Negaranya termakmur. Pasukannya terkuat.
Tapi kenikmatan baginya bukan di dalam istananya. 
"Aku ingin mati berperang fi sabilillah!" tekadnya bulat.
Maka walau sudah berusia dan sedang sakit, sehingga tidak bisa duduk di atas kendaraannya, dokter pribadinya pun tidak merekomendasikan kepergiannya.
Saat salah satu negeri muslim diserang oleh Raja Dinasti Habsburg, Eropa.

Dia tak menunda, karena ini amanah kepemimpinan. Ia berangkat dengan sangat kesakitan. Dia kepung benteng Szigetvar, Hongaria. Pengepungan panjang sudah berlangsung 5 bulan.
"Ya Robbal 'Alamin, beri kemenangan untuk hamba-hamba Mu Muslimin, tolong mereka dan nyalakan api atas orang-orang kafir," doa khusyu'nya dipanjatkan.
Allah mengabulkan. Meriam menghantam gudang peluru dan terjadi ledakan hebat. Muslimin menang.
Pujian dan syukur kepada Allah pun dipanjatkan atas kemenangan.
Saat itu ia merasakan kematian sudah menghampirinya.
Dia pun berkata:
"Sekarang saat yang indah untuk meninggal. Selamat untuk yang bahagia dengan kebahagiaan abadi. Beruntung bagi jiwa yang ridho dan diridhoi. Termasuk orang-orang yang diridhoi Allah dan mereka pun ridho kepada Nya."
Jiwa tenang itu pun menghadap Robb Nya.
(48 tahun menjadi pemimpin tertinggi. Nyaris tak pernah istirahat. Tak rela hanya duduk di istana dan di antara bidadari dunianya di taman hijau dan gemericik airnya.
Karena baginya, di sana ada kehidupan yang lebih baik, lebih membahagiakan dan lebih abadi. Jiwanya selalu berharap kehidupan abadi itu.
Bukan di dunia ini...
Karena baginya jabatan bukan peristirahatan.
Tapi peristirahatan itu jika di hadapan Nya, ia mampu mempertanggung jawabkan amanah itu hingga meraih ridho Nya)


ustadz budi azhari,lc

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © UKMI Al-Fatah. Designed by OddThemes & Best Wordpress Themes 2018